My First June

Home Owner Sites Stuff NEWER OLDER Updates

Forever Love ( Luhan Fanfiction )

0 Pinkie[s] | Scroll up



Title : Forever Love

Author : Zay Kim (Putri Z)

Genre : Augst, Sad, Romance

Length : Oneshoot

Rating : P-16

Casts : Xi Luhan (EXO-M), Park Eun-Soo (OOC)

Disclaimer : Annyeong!!!! Iam  Zay Kim. Ini ff pertamaku. Xi Luhan hanya milik Tuhan, familinya, dan SME, sedangkan Park Eun-Soo adalah buah pemikiran saya sendiri. This is pure my imagination. Semoga kalian suka dan  jangan lupa komen ya chinggudeul...Makasih.

Note : Ini pernah aku posting di disini. Aku pengen posting juga diblog sendiri hehehe :)
.

.

.
Seoul, 19 Desember 2012

-Eun-soo pov-

‘’Aku memang tak pernah mengerti bagaimana cinta itu hadir, tapi yang aku tahu, bahwa aku mencintaimu sekarang dan selamanya’’.

Aku selalu menyukai birunya langit seoul, yang selalu berteman dengan indahnya sungai Han. Karena di tempat ini, kuyakin memoriku tentangnya akan abadi.

‘’Ah...mianhaeyo, Eun Soo-ya. Aku terlambat’’. Aku yang sembari tadi duduk di kursi panjang, membalikkan tubuh, dan mendapati sesosok namja tinggi semampai, kulit putih bagaikan porselen tengah memegangi lutut, tanda mengatur nafasnya yang masih terpogoh-pogoh. Itu dia, guardianku datang.

Aku tersenyum. ‘’Aniyo...oppa, kau sudah datang kesini saja itu membuatku senang, dan kau tak perlu berlari-larian seperti ini lagi, kau hanya cukup berjalan. Arraseo oppa?!’’

Dia duduk di sampingku, menatapku, ‘’Aku takut Jika aku tak berlari, kau akan lelah menungguku, aku tak ingin itu terjadi. Aku masih ingin makan permen kapas bersama mu, Arra?’’. Senyumannya yang bagaikan permen kapas kesukaanku. Manis. Terpampang jelas, tapi  aku tahu butiran krystal hampir keluar dari iris cokelat miliknya. Aku mengerti arah pembicaraannya,’’Aish... namja pabo, daripada hanya duduk disini, ayo kita pergi ke kedai ahjussi Kim untuk membeli permen kapas’’.
-Luhan pov-

‘’Aku menyukainya lebih dari apapun, bahkan jika waktu bisa dihentikan, aku ingin selalu bersamanya’’.

Sesuai keinginan Eun-Soo, aku membelikannya permen kapas warna biru.

Kami berjalan-jalan di sekitar sungai Han lagi. ‘’Eun-soo kenapa kau selalu ingin aku membelikanmu permen kapas berwarna biru?’’, tanyaku heran.

‘’Karena jika aku lupa bagaimana indahnya biru langit seoul dan sungai han, aku akan ingat permen kapas yang oppa belikan untukku, jadi aku akan mengingat semuanya..terutama tentangmu’’. Gigi-giginya yang bersusun rapi itu tersenyum. Aku mencubit pipinya yang lembut seperti buah peach. ‘’Neomu Kyeopta’’.

Tak lelah..Dia berlari-lari kecil dan sesekali bahkan seringkali tersenyum ke arahku.

‘’Eun-Soo ya, jangan berlari nanti kau terjatuh’’, Aku merasa khawatir.

‘’Selama aku bisa berlari aku ingin berlari oppa’’.

BRUKK.

 ‘’Aishh...appayo’’.

Benar saja Eun-Soo terjatuh. Aku segera berlari ke arahnya.

‘’Eun-soo ya’’. Darah segar mulai tampak. Aku memeriksa lutut dan keningnya. Untung aku
membawa plester dan saputangan. Setidaknya jadi pertolongan pertama. Batinku.

-Eun-Soo pov-

Jinja..Ceroboh, batinku. Tanpa memperdulikan orang-orang disekitar, Luhan oppa menggendongku, menuju bangku taman. Dengan segera dia mengobatiku.
‘’Gomawo...oppa’’.

‘’Cheonma...Eun-Soo, lain kali kau harus lebih berhati-hati. Aku tak mau kau terluka lagi’’. Terlihat dari matanya, dia sangat mengkhawatirkanku.
Oppa jika kau terus seperti ini, bagaimana bisa aku pergi meninggalkanmu?

-Luhan pov-

Buliran cairan bening mulai turun dari matanya. ‘’Ne...Mianhaeyo oppa’’.

‘’Hey...kenapa kau menangis’’, aku mendekapnya dalam pelukannku.

Tangisnya kian menjadi seenggukkan.
‘’A..ku...a...ku...tak...i..ngin...ja...uh...da...dar...ri...mu oppa..Akk...tak...mau.....per....gi....Ak...u...men...cin...tai...mu...op...oppa’’.

‘’Nado saranghaeyo...Eun-soo’’.

Aku tak kuasa melihatnya menangis, rasanya dadaku sesak. ‘’Sudah..jangan menangis..aku berjanji akan  selalu ada disampingmu...dan kau pun harus berjanji akan selalu ada disampingku. Ayo berjanji..’’. Aku menyilangkan jari kelingkingku dengan jarinya. Dia sudah berjanji kepadaku, aku pun sebaliknya. Janji itu pasti akan ku tepati Eun-Soo.

-Eun-Soo pov-

Seoul sudah dipenuhi lampu kelap kelip. Sungai han memantulkan cahaya lampu-lampu taman. Indah. Beberapa saat yang lalu aku baru saja mengikat janji dengan Luhan oppa. Pasti akan ku tepati oppa. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia membelai rambutku. Hangat. Itu yang kurasa.

‘’Oppa?’’.

‘’ehmm..?’’.

‘’Bolehkah..aku tidur? Sebentar saja. Saat ini aku benar-benar mengantuk. Aku hanya tidur selama 4 menit.Bolehkah?’’.
‘’Tentu, Eun-soo. Tapi ingat hanya 4 menit. Arraseo?’’
‘’Ne, oppa. ‘’.Aku tersenyum sebelum mataku benar-benar terpejam.
                 
-Luhan pov-

4 minutes later.
‘’Eun-soo? Bangunlah...ini sudah 4 menit berlalu..ayo aku antar pulang. Cuaca disini sudah mulai dingin, tak bagus untuk kesehatanmu dan eomma pasti akan mengkhawatirkanmu’’.
Eun-soo sama sekali tak bergeming.

‘’Eun-soo....eun-soo’’. Aku mencoba membangunkannya beberapa kali, tapi tetap saja. Nihil.
Yang kudapati hanya tubuhnya..yang dingin...sangat dingin bahkan, aku memeriksa denyut nadinya.

DEG.

Aku mulai tak percaya. Tangisku mulai pecah.‘’Eun-soo ya, bangunlah...jangan tinggalkan aku, kau sudah berjanji kepadaku...akan selalu berada disisiku....Eun-Soo yaaaa..Aku mencintaimu’’.
.
.
.

-Eun-Soo   pov-

Sepertinya aku baru saja selesai bermimpi. Kuputuskan untuk keluar dari kamar menemui eomma. Begitu terkejutnya aku melihat eomma memakai hanbok hitam, sedang menangis tersedu-sedu, dan disampingnya, ada orang yang aku cintai, luhan oppa yang sedang menangis juga, didepan mereka terdapat sebuah peti.Siapa yang meninggal?
Hah....omonim, itu.....itu aku? Yang memakai gaun pengantin dengan tiara putih...itu aku??
Lalu tiba-tiba ingatan tentang birunya langit seoul, sungai han, permen kapas dan Luhan oppa.itu bukanlah mimpi, itu benar-benar terjadi.

-Luhan pov-

Eun-Soo ya...Mianhaeyo..gara-gara aku semua ini terjadi...seharusnya aku jeli mengawasimu...tak membiarkankan kau kelelahan, ini semua salahku’’.
Tangisku mulai menjadi-jadi.
‘’Sudahlah Luhan-ssi, Eun-Soo sudah tenang dialam sana, pasti ada appa yang menjaganya’’. Eomma Eun-soo menenangkanku. Tapi aku tak bisa.. Aku begitu sakit...Eun-soo.

-Eunsoo pov-

‘’Aish...gara-gara penyakit sialan ini...Oppa sudah...ini bukan salahmu’’, aku hanya mendengar sendiri isakan tangisku. Aku mencoba memeluk oppa, tapi tak bisa, aku hanya menembusnya...Oppa...dangsineun saranghamnida’’.

2 weeks later.

-Luhan pov-

‘’Eun-soo ya hari ini aku datang...Saengil chukhae hamnida uri eun-soo..Aku membawakanmu mawar biru dan tentunya permen kapas’’. Aku meletakkan mawar biru itu di nisan eun-soo semoga eun-soo menyukainya.

‘’Eun-soo, apakah kau tidak mau menghabiskan permen kapas ini ?’’. Tetap saja tak ada jawaban’’. Baiklah...aku akan membantu mu menghabiskan permen kapas ini’’.  Aku mulai memakannya sedikit demi sedikit. ‘’Eun-Soo, Apa kau tahu, permen kapas ini tak semanis biasanya...’’ Eun-soo, dapatkah kau mendengarkanku? Aku mohon kembalilah Eun-soo’’. Aku mulai menangis lagi.

Tiba...tiba....

‘’oppa....’’, aku melihat sosok seorang gadis berdiri dekat nisan Eun-soo.

‘’Eun-Soo?, apakah kau Eun-Soo?’’. Aku rasa aku tengah berhalusinasi karena kerinduanku kepada Eun-soo.

‘’Ne, oppa. Naega Eun-soo’’.

Yakin bahwa gadis yang berdiri didepanku Eun-soo, aku langsung memeluknya, tapi tak bisa, aku hanya menembus tubuhnya. Tangisku mulai pecah. ‘’Eun-soo maafkan aku, ini semua salahku, gara-gara aku kau jadi begini. Aku tak bisa mengajakmu pergi ke sungai Han lagi, makan permen kapas bersama-sama dan melakukan hal-hal yang kita sukai lagi’’.

‘’Sudah oppa, jangan menangis. Ini bukan salah oppa’’. Eun-soo mencoba mengelap air mataku dengan ibu jarinya tetapi tetap saja tidak bisa.

‘’Oppa...Gomawoyo karena selama ini kau telah memberi ku banyak cinta...tapi sekarang temukanlah cinta yang baru, sebagai gantinya ajaklah dia pergi ke sungai Han seperti yang biasa kita lakukan, makan permen kapas dan melihat birunya langit Seoul’’.

‘’Aniyo...cintaku hanya satu...yaitu kau Eun-soo’’.

 ‘’ Oppa..jebal, kau akan mendapat cinta yang lebih baik darinya...siapapun itu, nanti jangan kecewakan dia, buatlah dia bahagia...sebahagia aku bisa bersamamu selama ini...Dan ingatlah aku selalu ada melindungi dan mendo’akanmu...Berjanjilah oppa’’. Ia memberikan kelingkingnya yang hanya bisa kutembus dengan kelingkingku. Aku tak kuasa menolak permintaan gadis yang kusayangi. ’’Ne..aku berjanji’’. Eun-Soo tersenyum. ‘’Gomawo oppa, sekarang aku jauh lebih tenang,  jaga dirimu baik-baik. Aku akan pergi sekarang’’.

Kemudian sosok Eun-Soo menghilang bersama angin musim dingin. Aku masih mematung di makamnya. ‘’Eun-Soo ya, biarpun sekarang ragamu tak dapat lagi bersamaku...aku tak akan melupakanmu...Aku selalu ada untuk mencintaimu’’.

Kau selalu akan menjadi cintaku
Bahkan jika suatu hari aku jatuh cinta pada orang lain
Aku akan ingat untuk mencintaimu
Karenamu aku tahu  mencintai dan dicintai
Kau selalu akan menjadi satu-satunya
Now & forever…        
Sekarang dan selamanya 
   -END-

Label: , ,